BUDAYA TRADISI DEMAK
Demak merupakan sebuah Kabupaten yang terletak diantara 6 ͒ 43′ 26''– 7 ͒ 09′ 43'' LS, dan 110 ͒ 27′ 58''- 110 ͒ 48′ 47'' BT, sekitar 25 km di sebelah timur
Kota Semarang. Dilalui jalan negara (pantura) yang menghubungkan Jakarta –
Semarang – Surabaya – Banyuwangi. Dengan luas wilayah Kabupaten Demak adalah 89.743ha,
pada ketinggian antara 0 – 100 M dari permukaan laut.
Demak
dahulunya
merupakan kerajaan Islam pertama
di Pulau jawa , disamping sebagai pusat pemerintahan,
Demak juga
sekaligus menjadi pusat penyebaran
agama Islam di Pulau Jawa. Berbagai
upaya dilakukan oleh para Wali dalam menyebarluaskan agama Islam. Berbagai
halangan dan rintangan menghadang, salah satu diantaranya adalah masih kuatnya
pengaruh Hindu dan Budha pada masyarakat Demak pada waktu itu. Pada akhirnya
agama Islam dapat diterima masyarakat melalui pendekatan pendekatan para Wali
dengan jalan mengajarkan agama Islam melalui kebudayaan atau adat istiadat yang
telah ada.
Berbicara mengenai pariwisata yang ditawarkan
Kabupaten Demak tentunya tak lepas kaitannya dengan Sunan Kalijaga, seorang
tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan Muslim di Pulau Jawa, karena
kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Tak heran jika
Kabupaten Demak mendapat julukkan sebagai Kota Wali.
Ada beberapa obyek wisata utama di Kabupaten
Demak yaitu : obyek wisata religi Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga
Kadilangu, Pantai Morosari , Taman Ria, Grebeg Besar, Penangkaran Burung Hantu, Mangrove,
dan kampung wisata Mlati Harjo.
Sama halnya dengan tradisi yang
sekaligus menjadi obyek wisata yang ditawarkan seperti Kota Solo dan Jogja,
Kabupaten Demak juga mempunyai tradisi kirab budaya yang diselenggarakan tiap tahun sekali dalam
rangkaian Hari Raya Idul Adha (Qurban) atau yaang
biasa dikenal dengan Grebeg Besar. Perayaan Grebeg Besar dimaksudkan
sebagai tradisi penghormatan dan rasa syukur atas perjuangan para leluhur,
khususnya sehubungan kegiatan syi’ar Islam yang dilaksanakan walisongo terutama
Sunan Kalijaga.
Proses
perayaan Grebeg Besar diawali dengan saling bersilaturrahmi
antara pihak Kasepuhan Kadilangu dan Bupati Demak. Diawali kunjungan Bupati ke
Sasono Renggo Kadilangu. Selanjutnya Sesepuh Kadilangu dan keluarga kasepuhan
bersilaturrahmi menemui Bupati dan biasanya mereka diterima di ruang tamu
Bupati. Usai silaturrahmi tersebut, Bupati dan
Wakil Bupati bersama Ketua DPRD, Muspida Demak dan jajaran Pemerintah Kabupaten
Demak ziarah ke makam para leluhur Sultan Bintoro di kompleks Masjid Agung
Demak, dilanjutkan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di desa Kadilangu. Setelah
itu Wakil Bupati beserta unsur DPRD dan Muspida meresmikan pembukaan keramaian
Grebeg Besar di lapangan Tembiring Jogo Indah. Setelah itu dimulailah masa-masa
ramai di antero Demak Kota, khususnya di segitiga kawasan terminal wisata Tembiring,
alun-alun dan Kadilangu.
Kemudian pada malam
menjelang Idul Adha diadakan acara Tumpeng Sembilan yang menggambarkan jumlah 9
wali (walisongo), kepada Takmir Masjid Agung Demak untuk dibagikan kepada para
pengunjung. alam acara tumpeng sembilan selalu dipenuhi oleh warga masyarakat
yang ingin “ngalap berkah” dengan mengharap mendapat bagian dari tumpeng yang
dibagikan tersebut.
Tepat pada tanggal 10
Dzulhijjah diadakan acara penjamasan Kotang Ontokusumo yang dimulai setelah
selesai Sholat Idul Adha. Penjamasan dimulai dari pendopo Kabupaten Demak
dengan penyerahan minyak jamas oleh Bupati Demak kepada Manggala Prajurit yang
akan dengan dikawal Prajurti Patang Puluhan. Bupati
sekeluarga beserta para pejabat Pemerintah Daerah Kabupaten Demak turut
mengantar minyak jamas dengan naik kereta kencana. Sesampainya di Kadilangu,
minyak jamas diterima oleh Sesepuh Kadilangu, selanjutnya digunakan untuk
menjamas Kotang Ontokusumo dan Keris Kyai Crubuk.
Khusus untuk acar penjamasan Kotang Ontokusumo melalui prosesi arak-arakan Prajurit Patang Puluhan yang berjalan dari Pendopo Kabupaten Demak menuju Kadilangu sejauh 2,5 km, merupakan hiburan yang paling menyedot perhatian masyarakat, karena sepanjang perjalanan yang Patang Puluhan, selalu penuh oleh masyarakat yang ingin melihat dari dekat iring-iringan tersebut.
Khusus untuk acar penjamasan Kotang Ontokusumo melalui prosesi arak-arakan Prajurit Patang Puluhan yang berjalan dari Pendopo Kabupaten Demak menuju Kadilangu sejauh 2,5 km, merupakan hiburan yang paling menyedot perhatian masyarakat, karena sepanjang perjalanan yang Patang Puluhan, selalu penuh oleh masyarakat yang ingin melihat dari dekat iring-iringan tersebut.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa melalui prosesi Grebeg Besar merupakan media hiburan rakyat
yang murah meriah untuk menghilangkan sejenak kepenatan menjalani rutinitas
sehari-hari.
Referensi :
http://demakkab.go.id/profil/pariwisata-dan-kebudayaan/ Diakses pada 05 Juli 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Grebeg_Besar_Demak. Diakses pada 05 Juli 2017.
http://demakkab.go.id/profil/pariwisata-dan-kebudayaan/budaya-tradisional/. Diakses pada 05 Juli 2017.
https://www.cultureindo.com/154/2016/08/02/wisata-budaya-kirab-budaya-malam-1-sura-kraton-jogja-dan-kraton-solo/. Diakses pada 05 Juli 2017.
Demak, 24 Agustus 2017