Thursday, August 24, 2017

BUDAYA TRADISI DEMAK



BUDAYA TRADISI DEMAK

Demak merupakan sebuah Kabupaten yang terletak diantara 6 ͒ 43′ 26''– 7 ͒ 09′ 43''  LS, dan 110 ͒ 27′ 58''- 110 ͒ 48′ 47'' BT, sekitar 25 km di sebelah timur Kota Semarang. Dilalui jalan negara (pantura) yang menghubungkan Jakarta – Semarang – Surabaya – Banyuwangi. Dengan  luas wilayah Kabupaten Demak adalah 89.743ha, pada ketinggian antara 0 – 100 M dari permukaan laut.
Demak dahulunya merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau jawa , disamping sebagai pusat pemerintahan, Demak juga sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Berbagai upaya dilakukan oleh para Wali dalam menyebarluaskan agama Islam. Berbagai halangan dan rintangan menghadang, salah satu diantaranya adalah masih kuatnya pengaruh Hindu dan Budha pada masyarakat Demak pada waktu itu. Pada akhirnya agama Islam dapat diterima masyarakat melalui pendekatan pendekatan para Wali dengan jalan mengajarkan agama Islam melalui kebudayaan atau adat istiadat yang telah ada.
Berbicara mengenai pariwisata yang ditawarkan Kabupaten Demak tentunya tak lepas kaitannya dengan Sunan Kalijaga, seorang tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan Muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Tak heran jika Kabupaten Demak mendapat julukkan sebagai Kota Wali.
Ada beberapa obyek wisata utama di Kabupaten Demak yaitu : obyek wisata religi Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga Kadilangu, Pantai Morosari , Taman Ria, Grebeg  Besar, Penangkaran Burung Hantu, Mangrove, dan kampung wisata Mlati Harjo.
Sama halnya dengan tradisi yang sekaligus menjadi obyek wisata yang ditawarkan seperti Kota Solo dan Jogja, Kabupaten Demak juga mempunyai tradisi kirab budaya  yang diselenggarakan tiap tahun sekali dalam rangkaian Hari Raya Idul Adha (Qurban) atau yaang biasa dikenal dengan Grebeg Besar. Perayaan Grebeg Besar dimaksudkan sebagai tradisi penghormatan dan rasa syukur atas perjuangan para leluhur, khususnya sehubungan kegiatan syi’ar Islam yang dilaksanakan walisongo terutama Sunan Kalijaga.
Proses perayaan Grebeg Besar diawali dengan saling bersilaturrahmi antara pihak Kasepuhan Kadilangu dan Bupati Demak. Diawali kunjungan Bupati ke Sasono Renggo Kadilangu. Selanjutnya Sesepuh Kadilangu dan keluarga kasepuhan bersilaturrahmi menemui Bupati dan biasanya mereka diterima di ruang tamu Bupati. Usai silaturrahmi tersebut, Bupati dan Wakil Bupati bersama Ketua DPRD, Muspida Demak dan jajaran Pemerintah Kabupaten Demak ziarah ke makam para leluhur Sultan Bintoro di kompleks Masjid Agung Demak, dilanjutkan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di desa Kadilangu. Setelah itu Wakil Bupati beserta unsur DPRD dan Muspida meresmikan pembukaan keramaian Grebeg Besar di lapangan Tembiring Jogo Indah. Setelah itu dimulailah masa-masa ramai di antero Demak Kota, khususnya di segitiga kawasan terminal wisata Tembiring, alun-alun dan Kadilangu.
Kemudian pada malam menjelang Idul Adha diadakan acara Tumpeng Sembilan yang menggambarkan jumlah 9 wali (walisongo), kepada Takmir Masjid Agung Demak untuk dibagikan kepada para pengunjung. alam acara tumpeng sembilan selalu dipenuhi oleh warga masyarakat yang ingin “ngalap berkah” dengan mengharap mendapat bagian dari tumpeng yang dibagikan tersebut.
Tepat pada tanggal 10 Dzulhijjah diadakan acara penjamasan Kotang Ontokusumo yang dimulai setelah selesai Sholat Idul Adha. Penjamasan dimulai dari pendopo Kabupaten Demak dengan penyerahan minyak jamas oleh Bupati Demak kepada Manggala Prajurit yang akan dengan dikawal Prajurti Patang Puluhan. Bupati sekeluarga beserta para pejabat Pemerintah Daerah Kabupaten Demak turut mengantar minyak jamas dengan naik kereta kencana. Sesampainya di Kadilangu, minyak jamas diterima oleh Sesepuh Kadilangu, selanjutnya digunakan untuk menjamas Kotang Ontokusumo dan Keris Kyai Crubuk.
Khusus untuk acar penjamasan Kotang Ontokusumo melalui prosesi arak-arakan Prajurit Patang Puluhan yang berjalan dari Pendopo Kabupaten Demak menuju Kadilangu sejauh 2,5 km, merupakan hiburan yang paling menyedot perhatian masyarakat, karena sepanjang perjalanan yang Patang Puluhan, selalu penuh oleh masyarakat yang ingin melihat dari dekat iring-iringan tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui prosesi Grebeg Besar merupakan media hiburan rakyat yang murah meriah untuk menghilangkan sejenak kepenatan menjalani rutinitas sehari-hari.

Referensi :


Demak, 24 Agustus 2017