Thursday, November 12, 2020

YANG TERTINGGAL DARI SINDORO

Dua tahun lalu di bulan April tepatnya Jumat, 13 April 2018, aku dan bersama kelima Vokalers atau sebutan untuk awak LPM Vokal melakukan pendakian ke Gunung Sindoro. Kami berlima berangkat dari Semarang dan butuh waktu sekitar enam jam untuk sampai di Wonosobo. Waktu yang terlalu lama untuk tiba di Wonosobo, karena sebelumnya aku dan kawanku ketinggalan rombongan dan tidak tahu jalan. Kami tiba Jumat sore dengan langit gelap gulita dan waktu yang sudah hampir larut malam. Kami memutuskan untuk menginap semalam di basecamp via jalur Kledung. Dan memulai pendakian pada keesokan harinya.

Di sepanjang perjalanan dari Semarang menuju Gunung Sindoro, otakku dipenuhi dengan masalah-masalah seputaran dunia perkuliahan dan deadline tugas, liputan dan laporan organisasi. Semua melebur menjadi satu di kepala. Kurang lebih sebulanan aku tersiksa dengan masalah-masalah dan terlebih dengan deadline. Waktu itu bersamaan dengan tenggat waktu pengumpulan tulisan yang akan dimuat di Koran Suara Merdeka yang sebelumnya telah bekerjasama dengan pihak kampus. Namun, ya pada dasarnya aku orangnya malesan jadilah aku dikejar-kejar deadline.

Berbekal masalah-masalah dari kampus sebagai bumerang pikiran, dalam perjalanan di sepanjang kaki Gunung Sindoro, sebelum menginjakkan kaki di Pos 1, paru-paruku ku paksakan untuk menghirup udara segar Sindoro sebanyak-banyaknya. Dan menghembuskannya bersama masalah-masalah yang aku bawa dari Semarang. Pikirku, “ini waktunya untuk aku bebas.”

Ku lepaskan semua ikatan-ikatan yang beberapa bulan belakang ini menyiksaku. Dan cara itu setidaknnya cukup berhasil untuk aku menjadi waras barang beberapa hari.

Kami berlima mulai mendaki pagi sekitaran pukul 07.00 WIB. Dan sampai di Camp III sore menjelang Maghrib dan kami mendirikan tenda. Di tengah malam kami dikagetkan dengan kehadiran babi hutan yang ada di sekitaran tenda. Untungnya tidak ada barang yang jadi korban dari si babi hutan. Sekitar pukul 02.00 WIB dini hari kami melanjutkan menuju puncak dan sampai di Kawasan Batu Tatah bebarengan dengan waktu Subuh.

Walaupun sebelumnya aku sudah pernah muncak, tapi bagiku pendakian menuju puncak Gunung Sindoro cukuplah sulit. Track tanjakan agak curam terlebih sewaktu dari Camp III menuju kawasan Batu Tatah. Dan di sepanjang menuju Kawasan Batu Tatah, salah satu anggota dari kami berlima mengalami mual dan muntah-muntah yang terus berulang. Kami, empat dari lima orang memutuskan untuk stay di Kawasan Batu Tatah, dan hanya satu orang dari kami berlima melanjutkan hingga sampai puncak Sindoro.

Dalam pendakian Gunung Sindoro, aku belajar bahwa adakalanya kita perlu untuk meredam ego kita daripada mengedepankan ego kita.

Sekian yang tertinggal dari Gunung Sindoro dalam ingatanku di 2020 ini.

 




Demak, 13 November 2020

 

No comments:

Post a Comment